Kreasi anak muda

Kamis, 17 Oktober 2013

20 Langkah Mixing Musik


ge-mixing itu hampir-hampir seperti orang mau masak. Jadi sebaiknya sebelum belajar mixing, belajar masak dulu. LOL…. Maksud saya, ada hal yang amat-amat-sangat penting diperhatikan, dan ini yang sering dianggap remeh, yaitu “source” atau “mentahan” atau “data audio” atau “Data Master” atau..apalah. Seorang koki yang bijak akan memilih sayuran segar dan daging yang segar sebelum memasak. Kalo sayurannya udah pada layu, dagingnya udah gak seger lagi ditambah telur yang udah agak-agak bau? Pasti gak maksimal hasilnya kan?.
Maka lakukan dulu tracking semaksimal mungkin. Misalnya cari gitar yang bagus, pake effek gitar yang bagus, kalo ga ada, pinjem ato sewa punya temen, trus main semaksimal mungkin. Begitu juga dengan drum dan bass. Vocalist pastikan dalam keadaan fit.
“Ah repot baget sih, kan ntar juga di mixing bisa jadi bagus” ya begitulah, nge-mixing sangat berbeda dengan me-nyihir :grin: .
Kalo udah oke… Let’s cooking!
Banyak cara yang bisa dilakukan seseorang dalam nge-mixing musik, ini cuma salah satu cara yang biasa saya lakukan. Jadi ini cuma gambaran aja terutama buat newbie, saya pun gak selalu nge-mixing dengan urutan yang sama persis seperti ini.
1. Cari dulu referensinya lalu denger dan perhatikan baik-baik karakter mixingannya karena setiap genre biasanya punya komposisi yang berbeda dari genre yang lainnya. Misalnya musik jazz itu lebih dry daripada musik rock. Kalo bisa jangan mulai ngemixing dulu sebelum ada tujuan akhirnya mau seperti apa.
2. Bersihkan semua klip audio dari noise, bocoran dari instrumen lain atau sinyal-sinyal yang gak diinginkan. Langkah ini bisa dilakukan dengan noise-gate, tapi banyak sound engineer yang melakukannya secara manual karena rasanya memang lebih fleksibel.
3. Setelah klip audio dibersihkan mulailah untuk mem-balance semua track. Langkah awalnya turunkan semua volume fader sampai ke dasar (kecuali master fader tentunya).
4. Sekarang naikan track kick pelan-pelan sampai terasa cukup, gak perlu terlalu keras karena nanti akan ada bass yang akan menambahkan kebutuhan di frekuensi low nya. Kalo anda punya track room, maka itu bisa dijadikan patokan seberapa besar volume kick yang proporsional.
5. Lalu anda naikan track snare sampai terasa seimbang dengan track kick yang tadi sudah lebih dulu dinaikan.
6. Kemudian diikuti track hi-hat dan cymbal. Hati-hati jangan sampai terlalu besar, karena hal ini bisa mengganggu hasil mixing secara keseluruhan, jangan sampai nantinya hasil mixingan anda terganggu oleh suara cymbal yang berlebihan. Biasanya hi-hat dan cymbal/overhead saya set sekitar 30% s/d 50% lebih pelan daripada track kick dan snare.
7. Diikuti dengan tom 1, tom 2, dan floor. Sebaiknya jagan dulu di panning ke kiri atau ke kanan, biarkan dulu pada posisi di tengah lalu anda naikan pelan-pelan sampai anda merasa volumenya cukup proporsional, setelah itu barulah anda lakukan panning. Lakukan koreksi pada volume fader jika terasa terlalu besar setelah di panning, biasanya dengan menurunkan sekitar 2 dB atau lebih dikit.
8. Nah sekarang kita angkat volume fader pada track bass pelan-pelan. Fokuskan perhatian anda pada suara kick, naikan sampai pada titik dimana anda merasa kick dan bass-nya menyatu. Langkah ini kadang terasa susah terutama kalo sound bass-nya kurang bagus, atau si player waktu proses trackingnya gak stabil. Maka biasanya saya tambahkan compressor duluan atau saya melakukan langkah ini sambil menyeting EQ.
9. Barulah kita angkat instrumen-intrumen lainnya seperti rhytm gitar, fill gitar, lead gitar, keyboard dan lainnya seseimbang mungkin. Yang sifatnya lead biasanya lebih menonjol dari yang lainnya tapi jangan juga jadi berlebih.
10. Lalu barulah vocal. Untuk industri musik di Indonesia biasanya perbandingan volume antara vocal dan instrument itu 60/40 bahkan kadang lebih besar lagi. Kalo musik barat biasanya kira-kira sekitaran 50/50 atau terkesan rata.
11. Proses balance sudah selesai, sekarang tambahkan compressor pada track-track yang membutuhkannya terutama pada track yang kedengerannya timbul-tenggelam.
12. Lalu tambahkan juga EQ. Langkah ini hampir selalu dibutuhkan, bukan cuma buat “mengobati “ sound yang gak bagus tapi lebih ke kebutuhan pembentukan sound (sound shaping).
13. Sampailah sekarang pada proses pemberian nuansa yang tujuannya biar mixingan anda gak boring. Kalo 100% dry akan terdengar membosankan tentunya. Langkah ini adalah penambahan effect seperti reverb, delay, chorus dll. Silahkan berkreasi dan “use your imagination”. Tapi ingat, jangan berlebihan atau anda akan kehilangan punch, kecuali anda punya alasan artistik tersendiri.
14. Sekarang mixingan anda sudah punya nuansa, sudah punya space, terdengar seperti di dalam sebuah cafĂ©, atau di sebuah stadium yang bisa menampung 60.000 orang?  , nice… tapi bagaimana dengan dinamika? Jika masih terasa monoton maka anda butuh melakukan automation, misalnya di bagian chorus, gitar rhytm lebih menonjol daripada di bagian verse, atau reverb vocal di bagian chorus lebih besar daripada di bagian verse. Ya sudah, tambahin aja automation.
15. Langkah berikutnya adalah koreksi EQ. Langkah ini juga hampir selalu dibutuhkan karena seringkali ada frekuensi dari sebuah track yang luput dari perhatian kita karena kita terlalu sibuk dengan proses-proses sebelumnya tadi. Cek dengan men-solo-kan track satu per satu.
16. Begitu pula dengan volume fader. Cek dengan men-solo-kan track satu per satu, mungkin ada yang terlalu besar atau justru kurang besar.
17. Istirahat dan cek lagi keesokan harinya. Telinga manusia tidak selamanya jujur terutama ketika kondisi anda sudah kelelahan atau lagi demam  .
18. Sudah cukup tidur? Oke, buka lagi file yang udah di mixing. Dengar lagi baik-baik. Mungkin persepsi anda sudah berubah pada hasil mixingan kemarin. Lakukan refisi disana-sini merupakan ide yang bagus.
19. Kalo udah yakin ya udah, bounce/render/export song to audio file.
20. Putar di tape mobil anda, di kamar anda, di mana saja. Buat catatan yang menurut anda penting sebagai bahan pembelajaran untuk mixingan anda berikutnya. Have Fun!.

Mengenal Compressor


Tidak seperti eq, reverb, delay atau chorus yang jika kita setting sedikit saja maka efeknya bisa terdengar dengan jelas, sedangkan pada compressor tidak, kecuali jika kita setting dengan ekstrim, tapi dengan begitu bisa-bisa malah membuat audionya jadi “cacat”. Mungkin karena itulah banyak dari kita yang tidak begitu memahami compressor. Disini saya akan mencoba menjelaskan apa yang ketahui ttg compressor. Fungsi utama dari compressor adalah membuat sinyal audio jadi lebih stabil, atau dengan kata lain, menaikan sinyal yang terlalu kecil dan menurunkan sinyal yang terlalu besar, sehingga sinyal audio memiliki “dynamic range” yang lebih baik. Ada dua keuntungan yang bisa kita dapat kalo sinyalnya stabil.
Keuntungan yang pertama , kita bisa mendapatkan hasil yang lebih jernih saat proses tracking, karena dengan compressor kita bisa menaikan gain yang cukup besar (bisa kita lihat pada headroom), tanpa takut peak (lampu headroom berwarna merah). Pada media digital, kita harus menghindari peak, karena itu akan menyebabkan distorsi/click/crack. Kesimpulannya, gain yang baik adalah gain terbesar tapi tidak sampai peak, nah.. untuk menghindari peak itulah maka kita gunakan compressor saat merekam. Dengan begitu maka kita bisa mendapatkan apa yang disebut dengan “signal-to-noise ratio” yang baik.
Keuntungan yang kedua, sinyal audio yang kita beri compressor diharapkan bisa lebih terdengar diantara track-track lainnya di dalam mixingan anda, karena sinyalnya gak timbul-tenggelam.
Selain itu?…, ada fungsi lainnya, kadang compressor digunakan juga untuk menambah sustain pada cymbal, gitar atau bass. Misalnya kalo saya menambahkan compressor pada track bass dengan settingan release time yang cukup panjang, lalu menggeser slider threshold sampai mendapatkan gain reduction katakanlah 6dB (cukup ekstrim), maka saya akan mendapat sustain yang lebih panjang. Koq bisa?, saya coba jelasin gimana sebenernya cara si compressor ini bekerja.
Ada 4 fitur utama pada compressor yaitu : threshold, ratio, attack dan release.
Threshold : Untuk menentukan kapan si compressor mulai bekerja. Misalnya begini, saya setting threshold pada angka -16dB, maka jika ada sinyal yang besarnya melewati -16dB (-12dB misalnya), maka compressor akan mulai bekerja, kalo di bawah -16dB maka compressor tidak bekerja. Dengan kata lain mungkin begini, “threshold adalah fitur pada compressor untuk membuat batasannya”  . Selama sinyal berada di bawah garis threshold maka tombol attack, release, ratio atau knee tidak akan membuat perubahan apa-apa walaupun saya setting dengan sangat ekstrim karena si compressor memang tidak bekerja. Untuk melihat berapa banyak sinyal yang di kompres, kita bisa melihatnya pada gain reduction.
Ratio : Untuk menentukan seberapa banyak sinyal yang akan diturunkan oleh compressor ketika dia melewati garis threshold. Misalnya saya setting ratio 4:1, artinya kalo ada sinyal yang melewati garis threshold sebanyak 4dB maka sinyal itu hanya akan menjadi 1dB saja diatas threshold. Contoh: saya setting threshold -16dB dengan ratio 4:1, lalu ada sinyal yang besarnya -12dB, maka sinyal itu akan menjadi -15dB.
Attack : Untuk menentukan seberapa cepat si compressor ini bereaksi ketika ada sinyal yang melewati garis threshold.
Release : Setelah berapa lamakah compressor ini baru akan melepaskan reaksinya, kita bisa mengaturnya melalui tombol release.
Kira-kira seperti itulah cara compressor bekerja, dia layaknya asisten pribadi kita yang baik hati, yang akan menurunkan sinyal-sinyal yang terlalu besar agar tetap stabil, sesuai dengan perintah yang kita berikan padanya melalui threshold, ratio, attack dan release.

Mengenal EQ

Disadari atau ngga, anda pasti pernah menggunakan EQ (Equalizer), alat yang satu ini emang bisa dengan mudah kita temukan, bukan cuma di studio musik aja tapi juga di tape mobil, di music player seperti winamp, mp3 player gadget, dan hampir terdapat di semua media player lainnya baik itu berupa software ataupun hardware, tapi mungkin gak semua orang mengenal dengan baik apa itu EQ. Singkatnya, EQ adalah sebuah alat yang memungkinkan kita untuk mengorganisir frekuensi tertentu.
Equalizer berasal dari kata equal, kalo dalam kamus, equal=sama/menyamai, maksudnya dengan alat ini kita bisa memanipulasi sebuah suara hingga bisa menyamai suara aslinya, tapi pada perkembangannya EQ bukan cuma untuk itu, banyak sekali hal yang bisa di lakukan dengan EQ dari hanya sekedar memanipulasi suara agar sama dengan suara aslinya.
Pada media-media player yang beredar di masyarakat luas, settingan EQ tidak serumit EQ yang digunakan untuk kebutuhan recording. Biasanya cuma ada parameter frekuensi dan gain saja, ada yang 4 band, 6 band, 8 band atau lebih, atau berupa settingan untuk mengubah volume bass, middle dan treble, dan ada juga yang berupa presets seperti Rock, Pop, Classic dll. Sedangkan buat kebutuhan recording, settingan EQ akan lebih luas lagi.
Buat newbie di dunia audio, ada baiknya kalo anda mengetahui apa yang sesungguhnya sedang anda lakukan dan efeknya terhadap file audio saat menggunakan EQ saat mixing dengan mengetahui fungsi dari slider/tombol/parameter yang anda ubah-ubah nilainya itu.
Berikut adalah beberapa fasilitas dan terminologi seputar EQ yang perlu diketahui :
HF : High Frekuensi
LF : Low Frekuensi
MID : Midrange frekuensi / Middle.
Tombol Frekuensi : Digunakan untuk memilih frekuensi mana yang akan diboost (diangkat) atau dicut (diturunkan).
Q” atau bandwidth : Fasilitas ini adalah untuk menentukan seberapa lebar atau sempitkah range frekuensi yang akan diboost atau dicut.
Tombol Gain : Fasilitas pada EQ yang satu ini gunanya untuk mengubah volume frekuensi. Seperti halnya volume biasa, tapi lebih spesifik pada frekuensi tertentu.
Notch : Adalah Istilah untuk menurunkan frekuensi tertentu dengan range yang sangat sempit. Lihat gambar di bawah.
Notch
Notch
High Pass Filter : Type filter pada EQ untuk memotong frekuensi low. Lihat contoh gambar di bawah.
High Pass Filter
High Pass Filter
Low Pass Filter : Type Filter pada EQ untuk memotong frekuensi high. Sebaliknya dari High Pass Filter.
High Self : Type filter pada EQ untuk mengurangi atau menambah frekuensi High. Lihat contoh gambar di bawah.
High Self
High Self
Low Self : Type filter pada EQ untuk mengurangi frekuensi Low. Sebaliknya dari High Self.
Bell : Bentuk EQ yang memiliki peak / puncak. Lihat contoh gambar di bawah.
 Bell
Bell
ByPass : Tombol untuk menonaktifkan EQ, memungkinkan kita untuk membandingkan sound yang sudah di EQ dan sound sebelum di EQ. Tombol ini berguna agar kita tahu sudah sejauh mana kita melakukan perubahan frekuensi pada sebuah track saat mixing.